lazada.com
www.lazada.com/>

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

lazada.co.id/>

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

lazada'/>

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

lazada.com/>

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

/>

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 01 Oktober 2014

Masihkah Menganggap Diri Sendiri Kurang Cantik? Ini Rahasianya!!


Seberapa sering Anda bercermin? Sehari tiga kali? Lima kali atau bahkan puluhan kali? Jangan lupa menghitung saat mengecek riasan di kaca spion, atau ketika melintasi mall dan melirik ke pantulan kaca toko untuk sekedar melihat apakah posisi busana rapi atau tidak. Dari berjuta-juta kali aktivitas bercermin ini, pasti Anda orang yang pertama untuk mengetahui setitik jerawat yang muncul hari itu, uban baru dan banyak lagi hal detail lainnya. 

Pertengahan September kemarin,  sebuah iklan yang hanya diputar di web telah berhasil menyentil 26 juta wanita (dan terus bertambah) di dunia. Mungkin Anda salah satunya. Dalam video versi 7 menit, seorang seniman sketsa forensik mengundang beberapa wanita untuk menjadi responden. Tanpa bertemu tatap muka, Ia menanyakan ciri-ciri wajah para wanita tersebut. Lalu ia membuat sketsa wanita yang sama berdasarkan deskripsi wanita lain. Kedua hasil sketsa ditampilkan berdampingan. Alhasil, sketsa hasil deskripsi orang lain terlihat lebih cantik dari deskripsi orang yang bersangkutan. Tagline "Anda lebih cantik daripada yang Anda pikirkan" benar-benar memberi pernyataan yang lugas atas apa yang terjadi di masyarakat saat ini. 

Namun, di luar dari itu semua, iklan ini saya nilai cukup brilian dalam mengekspresikan rasa ketidaknyamanan seorang wanita terhadap dirinya sendiri. Sikap selalu mengkritik diri sendiri secara berlebihan memang saya sadari diri sendiri sering tak sengaja melakukan dan kemungkinan besar juga dilakukan oleh banyak wanita lain. 

Sudah saatnya wanita memiliki kepercayaan diri akan kecantikannya. Menerima warna kulitnya, dalam arti tidak berambisi menjadi putih padahal kulit aslinya sawo matang, tapi merawatnya agar sehat dan halus adalah ide yang lebih baik. Menerima ikal keriwil dan keritingnya rambut dengan menemukan model guntingan yang pas atau memakai produk styling yang tepat. 

Kini saatnya kita disadarkan seperti para wanita di video ini, bahwa kita itu dilahirkan dengan kecantikan alami, tinggal kita memilih bagaimana cara yang terbaik untuk merawatnya. Selamat terinspirasi!

https://www.youtube.com/watch?v=XpaOjMXyJGk

Jumat, 26 September 2014

True Love


TRUE LOVE  (Part 1)



Malam ini tak secerah biasanya, bintang dan bulan enggan keluar dari singgahsananya sehingga membuat langit kesepian tanpa teman. Diatas sana hanya terlihat segerombolan awan hitam yang sebentar lagi akan mengerahkan pasukannya untuk membasahi bumi yang sudah lama haus akan kesegaran. Akhirnya rintik hujanpun mulai turun disertai angina yang cukup kencang, kurapatkan kerah jaketku tapi sepertinya tidak mengurangi rasa dingin yang telah menusuk relung-relung tulangku. Suasana malam ini benar-benar mewakili suasana hatiku yang sedang kelam. Ku duduk di bibir jendela seraya menatap di luar.
“ lho kog belum tidur ?” Tanya Nina yang baru keluar dari toilet. Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum tipis.
Malam ini aku tidur di rumah  Nina karena aku kabur dari rumah. Nina adalah sahabatku yang selama 3 tahun sabar meladeni sifat egoisku dan yang selalu ada untukku. Setiap aku bertengkar dengan mama, aku selalu kabur pergi ke rumah Nina dan pada Ninalah aku memuntahkan uneg-uneg dan semua masalahku. Setaun terakhir ini ku ditinggalkan orang-orang yang kucintai. Setaun yang lalu papa dan mama bercerai dan itu membuatku terpukul, hancur, dan sedih. Saat ini aku sudah jarang ketemu dengan papa. Kabar terakhir yang ku dengar papa sudah menikah lagi dengan orang Palembang dan akhirnya menetap disana. Sementara mama, walaupun sekarang ku tinggal dengannya, tapi aku juga jarang bertemu dengan mama. Karena mama sering pergi ke luar kota mengurus bisnisnya. Pulang-pulang besoknya pasti dah pergi lagi. Aku benci ! Aku bosan ! Aku muak dengan keadaan yang seperti ini ! Sering aku berfikir ga’ ada yang saying lagi ma aku ! Ga’ da lagi yang peduli ma aku ! Apa mereka ga’ ngerti apa yang sebenarnya kerasakan ? aku takut, aku ga’ mau hidup sendiri…, dan apa mereka juga tau setiap malam, setiap waktu ku kesepian. Hati ini rindu dengan belaian tangan yang lembut dari seorang ibu. Diri ini sangat ingin di lindungi dengan sosok ayah yang tangguh, pengertian, dan penyayang. Apa mereka tau semua itu ? aku juga sering berfikir dengan kehadiran Nina di sisiku itu membuatku jauh kebih baik.
“ Eca, jangan duduk di jendela gitu donk, loe bisa masuk angin.” Nasehat Nina. Lalu akupun menurutinya, ku tutup jendela lalu berbaring di tempat tidurnya.
“ Kali ini loe kabur kenapa ? Nilai jelek loe ketahuan ?” tebak Nina sambil berbaring di sampingku.
“ Enggak ! mama sekarang sudah bosan ngomeli aku gara-gara nilaiku yang terus jeblok.”
“ Terus ?”
“  Gue ketahuan ngrokok di kamar.” Jawabku enteng.
“ Apa ? Loe ngrokok ? Ya ampun Eca… sejak kapan loe ngrokok ? Kamu tau ga’ sih ngrokok itu…”
“ Ga’ baik buat kesehatan.” Potongku cepat. “ Loe ini sama bawelnya kaya’ mama gue ya !” protesku
“ Eca, ini semua karena gue saying ma loe. Gue g pengen lihat loe kacau kaya’ gini klo gue ga’ sayang ma loe, gue ga’ bakalan ngingetin loe.”
“ Udah deh, gue ke rumah loe tu buat nenangin pikiran gue. Tapi… loe malah kayak mama gue, ngoceh-ngoceh mulu kayak burung beo, mrotes gue mulu, marahin gue mulu… gue capek, Nin….” Ucapku sewot.
Lalu ku memunggungi Nina dan mulai mempejamkan mata. Samar-samar ku mendengar Nina yang menggerutu.
“ Ye… diingetin malah ngomel-ngomel dasar nenek sihir !” dan diam-diam ku tersenyum mendengar ucapannya.


***

Tak terasa fajar telah menyingsing. Sayup-sayup ku dengar nyanyian burung yang mengalun indah nan merdu. Dan cahaya matahari mulai menyusup masuk dari celah-celah jendela. Ku bangun dari tempat tidur dan melihat keluar jendela. Disana daun-daun dan bunga-bunga terlihat segar karena kemarin malam hujan turun sangat deras. Lalu samar-samar aku mendengar pertengkaran antara Nina dengan ayahnya di depan kamar. Kerena penasaran, ku mendekatkan kupingku ke daun pintu mencoba mendengarkan apa yang mereka pertengkarkan.
“ Kamu ga’ usah berteman lagi dengan Eca, Nina! Dia bukan anak baik-baik dan itu bisa berdampak buruk buat masa depanmu. Lebih baik jauhi si Eca itu!” Bentak ayah Nina.
“ Pa, Eca ga’ seburuk yang papa piker. Eca itu anak yang baik, pa. eca adalah teman terbaik Nina.” Bela Nina.
“ Anak kayak gitu baik ? kalau dia anak yang baik, mengapa dia sering kabur dari rumah ? dan mengapa setiap dia kabur tujuannya harus kemari ? emang dia piker ini tempat penampungan apa ?”
“ Itu karena hanya rumah inilah satu-satunya tempat tujuan Eca, pa…”
“ Ah masa bodoh! Pokoknya kamu jangan berteman lagi dengan si Eca itu. Mengerti?!”
“ Tapi, pa…?”
“ Enggak! Sekali enggak tetep enggak !” Ayah Nina mengukuhkan keputusannya.
“ Sudah cukup ! Aku tidak akan membiarkan sahabatku dimarahi ayahnya hanya gara-gara aku.” Ucapku dalam hati. Lalu aku mengambil tasku dan keluar dari kamar Nina.
“ Eca ?” seru Nina. Dia kelihatan sangat kaget melihatku keluar dari kamarnya.
“ Papa loe benar, Nin. Gue emang bukan anak baik-baik. Dan loe ga’ pantas bergaul dengan orang kayak gue.” Nina tidak bisa menahan air matanya lagi.
Aku melihat dari sela-sela matanya yang indah keluarbutiran Kristal bening yang terus menetes. Dan Nina tidak berhenti menatapku dengan terheran-heran. Lalu aku mengalihkan pandanganku dari Nina karena ku ga’ sanggup melihat orang yang paling kusayangi menangis.
“ Terimakasih ya, Om karena selama ini sudah mengizinkan Eca tinggal disini. Eca janji, mulai sekarang Eca ga’ akan kesini lagi. Jadi, Om ga’ usah khawatir.”
Selesai aku mengucapkan hal itu, ku berlalu, melangkah meninggalkan rumah Nina. Ku masih bisa merasakan mata Nina masih tertuju padaku sampai bayangankupun menghilang. Aku tau Nina sangat sedih, tapi aku juga tidak mau membuatnya semakin sedih.


***


“ Ooo… Kamu dah pulang ? Mama pikir kamu ga’ akan pulang lagi kesini.” Ledek mamaku yang baru pulang dari kantor, jam menunjukan pukul 21:30.
Aku tidak merespon, aku tetap membaca novel kesukaanku dan berpura-pura tidak mendengar ucapannya.
“ Sudah makan ?” tanyanya sambil meletakakan tasnya di kursi. Sementara aku tetap tidak merespon.
“ Mama belikan martabak kesukaan kamu, cepatan makan keburu dingin.”
Kini aku benar-benar sudah muak dengan semua basa-basi yang dilontarkan mama. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, aku beranjak dari tempat duduk dan bermaksud meninggalkan mama. Tapi tiba-tiba mama merebut novelku dan melemparnya begitu saja.
“ Mama mau kamu belajar, Eca ! Akhir-akhir ini kamu ga’ pernah sama sekali nyentuh buku kamu. Kalau buku itu ga’ pernah kamu baca, buat apa kamu beli buku sebanyak itu ? kamu piker beli buku itu ga’ pake duit apa ? kalau kayak gini jadinya ga’ ada gunanya kamu beli buku itu. Lagi pula kamu bentar lagi ujian, inget Eca kamu sudah kelas 3 sma. Jadi kamu harus…”
“ Hentikan !” teriakku
“ Aku bosan mendengar ocehan mama setiap hari. Biarin aja Eca hambur-hamburin duit mama. Bukannya selama ini mama sering pergi keluar kota mengurus bisnis mama itu menghasilkan duit banyak ? Jadi, tenang aja ga’ bakalan habis kog ! Ato jangan-jangan mama nyesel ngluarin duit buat Eca ? sebenarnya Eca ini anak mama bukan sih ? sepertinya mama perhitungan banget ma Eca ?”
PLAK… Tangan mama mendarat keras di pipiku.
“ Berani sekali kamu bicara seperti itu. Perlu kamu tau, Eca…” perlahan mata air jernih itu keluar dari mata mama
“ Mama ga’ pernah menyesal mengeluarkan mengeluarkan duit banyak buat kamu, mama kerja memang buat kamu. Kamu adalah penyemangat mama. Mama saying banget ma kamu, Eca. Mama ga’ ingin melihat kamu hancur.”
“ Sayang ma Eca ? kalo mama sayang ma Eca, kenapa mama cerai ma papa ? seharusnya kalo mama benar-benar saying ma Eca, mama ga’ akan cerai ma papa. Mama egois ! Mama hanya memikirkan diri sendiri ! Seharusnya ga’ begitukan, Ma…?!”
Kurasakan air mataku semakin deras mengalir.
“ Dan satu lagi ! kalo mama memang sayang ma Eca, kenapa mama sering pergi keluar kota ? Eca pengen mama selalu ada di rumah, tapi apa ? buktinya mama selalu sibuk dengan urusan bisnis mama itu. Apa itu yang dinamakan sayang ?”
“ Eca….”
“ Ma, apa mama pernah mikir betapa khawatirnya Eca saat mama ga’ ada di rumah ? Eca kangen ma mama, Eca pengen ketemu ma mama, tapi aku yakin pasti ga’ pernah terlintas dipikiran mama tentang itu, iya kan ?” Aku menghapus air mata di pipiku.
“ Ma, Eca bosan bertengkar ma mama.. Eca capek, Ma… Capek…!!”
Aku berlari meninggalkan rumah dengan hati yang sangat hancur. Dan pecahnya telah lebur dan terbang diterpa angin. Ku mendengar mama berteriak-teriak memanggilku tapi ku tak menghiraukannya. Ku terus berlari tanpa tau harus kemana. Lalu… di persimpangan jalan terlihat sebuah mobil yang melaju kencang ke arahku. Dan aku tak sempat menghindar… Tidak ! Mungkin bahkan, aku memang sedang menunggu mobil itu menghampiri dan akhirnya menerjangku. Detik kemudian, ku sudah tidak bisa merasakan apa-apa. Aku hanya merasa tubuhku melayang jauh kea wan. Lalu, aku melihat cahaya putih yang sangat terang yangmenunggu kedatanganku di depan sana. Mama … maafkan Eca karena membuat mama susah, sedih, dan marah. Mama … Eca sayang banget ma Mama. Nina…selamanya kau adalah mutiara yang paling berharga dalam hidupku. Kau adalah penerang jiwaku.
Sahabat terbaikku…
Selamat tinggal Mama… Nina
Mungkin ini adalah jalan terbaik buatku
Eca sayang kalian….

To be countinue ….




Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More