lazada.com
www.lazada.com/>

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

lazada.co.id/>

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

lazada'/>

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

lazada.com/>

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

/>

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 01 Oktober 2014

Masihkah Menganggap Diri Sendiri Kurang Cantik? Ini Rahasianya!!


Seberapa sering Anda bercermin? Sehari tiga kali? Lima kali atau bahkan puluhan kali? Jangan lupa menghitung saat mengecek riasan di kaca spion, atau ketika melintasi mall dan melirik ke pantulan kaca toko untuk sekedar melihat apakah posisi busana rapi atau tidak. Dari berjuta-juta kali aktivitas bercermin ini, pasti Anda orang yang pertama untuk mengetahui setitik jerawat yang muncul hari itu, uban baru dan banyak lagi hal detail lainnya. 

Pertengahan September kemarin,  sebuah iklan yang hanya diputar di web telah berhasil menyentil 26 juta wanita (dan terus bertambah) di dunia. Mungkin Anda salah satunya. Dalam video versi 7 menit, seorang seniman sketsa forensik mengundang beberapa wanita untuk menjadi responden. Tanpa bertemu tatap muka, Ia menanyakan ciri-ciri wajah para wanita tersebut. Lalu ia membuat sketsa wanita yang sama berdasarkan deskripsi wanita lain. Kedua hasil sketsa ditampilkan berdampingan. Alhasil, sketsa hasil deskripsi orang lain terlihat lebih cantik dari deskripsi orang yang bersangkutan. Tagline "Anda lebih cantik daripada yang Anda pikirkan" benar-benar memberi pernyataan yang lugas atas apa yang terjadi di masyarakat saat ini. 

Namun, di luar dari itu semua, iklan ini saya nilai cukup brilian dalam mengekspresikan rasa ketidaknyamanan seorang wanita terhadap dirinya sendiri. Sikap selalu mengkritik diri sendiri secara berlebihan memang saya sadari diri sendiri sering tak sengaja melakukan dan kemungkinan besar juga dilakukan oleh banyak wanita lain. 

Sudah saatnya wanita memiliki kepercayaan diri akan kecantikannya. Menerima warna kulitnya, dalam arti tidak berambisi menjadi putih padahal kulit aslinya sawo matang, tapi merawatnya agar sehat dan halus adalah ide yang lebih baik. Menerima ikal keriwil dan keritingnya rambut dengan menemukan model guntingan yang pas atau memakai produk styling yang tepat. 

Kini saatnya kita disadarkan seperti para wanita di video ini, bahwa kita itu dilahirkan dengan kecantikan alami, tinggal kita memilih bagaimana cara yang terbaik untuk merawatnya. Selamat terinspirasi!

https://www.youtube.com/watch?v=XpaOjMXyJGk

Jumat, 26 September 2014

True Love


TRUE LOVE  (Part 1)



Malam ini tak secerah biasanya, bintang dan bulan enggan keluar dari singgahsananya sehingga membuat langit kesepian tanpa teman. Diatas sana hanya terlihat segerombolan awan hitam yang sebentar lagi akan mengerahkan pasukannya untuk membasahi bumi yang sudah lama haus akan kesegaran. Akhirnya rintik hujanpun mulai turun disertai angina yang cukup kencang, kurapatkan kerah jaketku tapi sepertinya tidak mengurangi rasa dingin yang telah menusuk relung-relung tulangku. Suasana malam ini benar-benar mewakili suasana hatiku yang sedang kelam. Ku duduk di bibir jendela seraya menatap di luar.
“ lho kog belum tidur ?” Tanya Nina yang baru keluar dari toilet. Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum tipis.
Malam ini aku tidur di rumah  Nina karena aku kabur dari rumah. Nina adalah sahabatku yang selama 3 tahun sabar meladeni sifat egoisku dan yang selalu ada untukku. Setiap aku bertengkar dengan mama, aku selalu kabur pergi ke rumah Nina dan pada Ninalah aku memuntahkan uneg-uneg dan semua masalahku. Setaun terakhir ini ku ditinggalkan orang-orang yang kucintai. Setaun yang lalu papa dan mama bercerai dan itu membuatku terpukul, hancur, dan sedih. Saat ini aku sudah jarang ketemu dengan papa. Kabar terakhir yang ku dengar papa sudah menikah lagi dengan orang Palembang dan akhirnya menetap disana. Sementara mama, walaupun sekarang ku tinggal dengannya, tapi aku juga jarang bertemu dengan mama. Karena mama sering pergi ke luar kota mengurus bisnisnya. Pulang-pulang besoknya pasti dah pergi lagi. Aku benci ! Aku bosan ! Aku muak dengan keadaan yang seperti ini ! Sering aku berfikir ga’ ada yang saying lagi ma aku ! Ga’ da lagi yang peduli ma aku ! Apa mereka ga’ ngerti apa yang sebenarnya kerasakan ? aku takut, aku ga’ mau hidup sendiri…, dan apa mereka juga tau setiap malam, setiap waktu ku kesepian. Hati ini rindu dengan belaian tangan yang lembut dari seorang ibu. Diri ini sangat ingin di lindungi dengan sosok ayah yang tangguh, pengertian, dan penyayang. Apa mereka tau semua itu ? aku juga sering berfikir dengan kehadiran Nina di sisiku itu membuatku jauh kebih baik.
“ Eca, jangan duduk di jendela gitu donk, loe bisa masuk angin.” Nasehat Nina. Lalu akupun menurutinya, ku tutup jendela lalu berbaring di tempat tidurnya.
“ Kali ini loe kabur kenapa ? Nilai jelek loe ketahuan ?” tebak Nina sambil berbaring di sampingku.
“ Enggak ! mama sekarang sudah bosan ngomeli aku gara-gara nilaiku yang terus jeblok.”
“ Terus ?”
“  Gue ketahuan ngrokok di kamar.” Jawabku enteng.
“ Apa ? Loe ngrokok ? Ya ampun Eca… sejak kapan loe ngrokok ? Kamu tau ga’ sih ngrokok itu…”
“ Ga’ baik buat kesehatan.” Potongku cepat. “ Loe ini sama bawelnya kaya’ mama gue ya !” protesku
“ Eca, ini semua karena gue saying ma loe. Gue g pengen lihat loe kacau kaya’ gini klo gue ga’ sayang ma loe, gue ga’ bakalan ngingetin loe.”
“ Udah deh, gue ke rumah loe tu buat nenangin pikiran gue. Tapi… loe malah kayak mama gue, ngoceh-ngoceh mulu kayak burung beo, mrotes gue mulu, marahin gue mulu… gue capek, Nin….” Ucapku sewot.
Lalu ku memunggungi Nina dan mulai mempejamkan mata. Samar-samar ku mendengar Nina yang menggerutu.
“ Ye… diingetin malah ngomel-ngomel dasar nenek sihir !” dan diam-diam ku tersenyum mendengar ucapannya.


***

Tak terasa fajar telah menyingsing. Sayup-sayup ku dengar nyanyian burung yang mengalun indah nan merdu. Dan cahaya matahari mulai menyusup masuk dari celah-celah jendela. Ku bangun dari tempat tidur dan melihat keluar jendela. Disana daun-daun dan bunga-bunga terlihat segar karena kemarin malam hujan turun sangat deras. Lalu samar-samar aku mendengar pertengkaran antara Nina dengan ayahnya di depan kamar. Kerena penasaran, ku mendekatkan kupingku ke daun pintu mencoba mendengarkan apa yang mereka pertengkarkan.
“ Kamu ga’ usah berteman lagi dengan Eca, Nina! Dia bukan anak baik-baik dan itu bisa berdampak buruk buat masa depanmu. Lebih baik jauhi si Eca itu!” Bentak ayah Nina.
“ Pa, Eca ga’ seburuk yang papa piker. Eca itu anak yang baik, pa. eca adalah teman terbaik Nina.” Bela Nina.
“ Anak kayak gitu baik ? kalau dia anak yang baik, mengapa dia sering kabur dari rumah ? dan mengapa setiap dia kabur tujuannya harus kemari ? emang dia piker ini tempat penampungan apa ?”
“ Itu karena hanya rumah inilah satu-satunya tempat tujuan Eca, pa…”
“ Ah masa bodoh! Pokoknya kamu jangan berteman lagi dengan si Eca itu. Mengerti?!”
“ Tapi, pa…?”
“ Enggak! Sekali enggak tetep enggak !” Ayah Nina mengukuhkan keputusannya.
“ Sudah cukup ! Aku tidak akan membiarkan sahabatku dimarahi ayahnya hanya gara-gara aku.” Ucapku dalam hati. Lalu aku mengambil tasku dan keluar dari kamar Nina.
“ Eca ?” seru Nina. Dia kelihatan sangat kaget melihatku keluar dari kamarnya.
“ Papa loe benar, Nin. Gue emang bukan anak baik-baik. Dan loe ga’ pantas bergaul dengan orang kayak gue.” Nina tidak bisa menahan air matanya lagi.
Aku melihat dari sela-sela matanya yang indah keluarbutiran Kristal bening yang terus menetes. Dan Nina tidak berhenti menatapku dengan terheran-heran. Lalu aku mengalihkan pandanganku dari Nina karena ku ga’ sanggup melihat orang yang paling kusayangi menangis.
“ Terimakasih ya, Om karena selama ini sudah mengizinkan Eca tinggal disini. Eca janji, mulai sekarang Eca ga’ akan kesini lagi. Jadi, Om ga’ usah khawatir.”
Selesai aku mengucapkan hal itu, ku berlalu, melangkah meninggalkan rumah Nina. Ku masih bisa merasakan mata Nina masih tertuju padaku sampai bayangankupun menghilang. Aku tau Nina sangat sedih, tapi aku juga tidak mau membuatnya semakin sedih.


***


“ Ooo… Kamu dah pulang ? Mama pikir kamu ga’ akan pulang lagi kesini.” Ledek mamaku yang baru pulang dari kantor, jam menunjukan pukul 21:30.
Aku tidak merespon, aku tetap membaca novel kesukaanku dan berpura-pura tidak mendengar ucapannya.
“ Sudah makan ?” tanyanya sambil meletakakan tasnya di kursi. Sementara aku tetap tidak merespon.
“ Mama belikan martabak kesukaan kamu, cepatan makan keburu dingin.”
Kini aku benar-benar sudah muak dengan semua basa-basi yang dilontarkan mama. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, aku beranjak dari tempat duduk dan bermaksud meninggalkan mama. Tapi tiba-tiba mama merebut novelku dan melemparnya begitu saja.
“ Mama mau kamu belajar, Eca ! Akhir-akhir ini kamu ga’ pernah sama sekali nyentuh buku kamu. Kalau buku itu ga’ pernah kamu baca, buat apa kamu beli buku sebanyak itu ? kamu piker beli buku itu ga’ pake duit apa ? kalau kayak gini jadinya ga’ ada gunanya kamu beli buku itu. Lagi pula kamu bentar lagi ujian, inget Eca kamu sudah kelas 3 sma. Jadi kamu harus…”
“ Hentikan !” teriakku
“ Aku bosan mendengar ocehan mama setiap hari. Biarin aja Eca hambur-hamburin duit mama. Bukannya selama ini mama sering pergi keluar kota mengurus bisnis mama itu menghasilkan duit banyak ? Jadi, tenang aja ga’ bakalan habis kog ! Ato jangan-jangan mama nyesel ngluarin duit buat Eca ? sebenarnya Eca ini anak mama bukan sih ? sepertinya mama perhitungan banget ma Eca ?”
PLAK… Tangan mama mendarat keras di pipiku.
“ Berani sekali kamu bicara seperti itu. Perlu kamu tau, Eca…” perlahan mata air jernih itu keluar dari mata mama
“ Mama ga’ pernah menyesal mengeluarkan mengeluarkan duit banyak buat kamu, mama kerja memang buat kamu. Kamu adalah penyemangat mama. Mama saying banget ma kamu, Eca. Mama ga’ ingin melihat kamu hancur.”
“ Sayang ma Eca ? kalo mama sayang ma Eca, kenapa mama cerai ma papa ? seharusnya kalo mama benar-benar saying ma Eca, mama ga’ akan cerai ma papa. Mama egois ! Mama hanya memikirkan diri sendiri ! Seharusnya ga’ begitukan, Ma…?!”
Kurasakan air mataku semakin deras mengalir.
“ Dan satu lagi ! kalo mama memang sayang ma Eca, kenapa mama sering pergi keluar kota ? Eca pengen mama selalu ada di rumah, tapi apa ? buktinya mama selalu sibuk dengan urusan bisnis mama itu. Apa itu yang dinamakan sayang ?”
“ Eca….”
“ Ma, apa mama pernah mikir betapa khawatirnya Eca saat mama ga’ ada di rumah ? Eca kangen ma mama, Eca pengen ketemu ma mama, tapi aku yakin pasti ga’ pernah terlintas dipikiran mama tentang itu, iya kan ?” Aku menghapus air mata di pipiku.
“ Ma, Eca bosan bertengkar ma mama.. Eca capek, Ma… Capek…!!”
Aku berlari meninggalkan rumah dengan hati yang sangat hancur. Dan pecahnya telah lebur dan terbang diterpa angin. Ku mendengar mama berteriak-teriak memanggilku tapi ku tak menghiraukannya. Ku terus berlari tanpa tau harus kemana. Lalu… di persimpangan jalan terlihat sebuah mobil yang melaju kencang ke arahku. Dan aku tak sempat menghindar… Tidak ! Mungkin bahkan, aku memang sedang menunggu mobil itu menghampiri dan akhirnya menerjangku. Detik kemudian, ku sudah tidak bisa merasakan apa-apa. Aku hanya merasa tubuhku melayang jauh kea wan. Lalu, aku melihat cahaya putih yang sangat terang yangmenunggu kedatanganku di depan sana. Mama … maafkan Eca karena membuat mama susah, sedih, dan marah. Mama … Eca sayang banget ma Mama. Nina…selamanya kau adalah mutiara yang paling berharga dalam hidupku. Kau adalah penerang jiwaku.
Sahabat terbaikku…
Selamat tinggal Mama… Nina
Mungkin ini adalah jalan terbaik buatku
Eca sayang kalian….

To be countinue ….




Selasa, 16 Oktober 2012

Bahaya Meneriaki Anak dan Cara Menjadi Ibu yang Lebih Tenang

Jika Anda meneriaki anak Anda, lalu menyesal setelahnya, ini saran buat Anda.

Saya, suami dan dua anak kami sedang menikmati liburan santai di Hawaii. Kami sedang berkendara di mobil melalui jalan berliku (dan berbahaya) dan menuju Hana. Saat kami sedang melihat betapa indahnya tebing dan pantai, peristiwa itu tiba-tiba terjadi; tanpa alasan jelas, anak laki-laki kami yang berusia 5 tahun melempar botol air ke arah suami.

Botol itu mengenai kaca dan membuat suara keras. Hanya keajaiban yang membuat kami tidak menabrak sesuatu — meski kami sempat kehilangan kendali. Saya dan suami sontak memarahi, berteriak dan mengancam.

"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu tidak tahu kalau itu amat berbahaya? Kita sedang menikmati liburan, dan kamu melempar botol air tanpa alasan?" Lagi dan lagi kami memarahinya — melebihi apa yang sepantasnya diterima anak TK.

Air mata mulai mengalir di pipi anak saya. Bibirnya gemetar, dan ia mulai menangis. Kami pun menenangkan diri dan melanjutkan perjalanan, dan saya mencoba melupakan semua kejadian tersebut.

Beberapa minggu kemudian, saya memutar ulang video liburan kami di Hawaii. Ternyata insiden pelemparan botol air itu tidak sengaja terekam kamera (yang saya lupa matikan). Tanpa gambar, saya bisa mendengarkan diri saya sendiri sedang meneriaki anak kami dan mempermalukannya.

Saya mencoba menahan air mata. Bagaimana saya bisa berlaku seperti itu di depan anak saya sendiri, anak saya? Saya mungkin rekaman suara di kamera video, tapi tidak akan pernah bisa menghapus kejadian tersebut dari ingatan.

Suka atau tidak, sebagian orang tua mengamuk di depan anak kesayangan mereka. Kadang kemarahan itu ditujukan pada anak, kadang juga tidak. Tapi itu bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Untungnya, ada cara sederhana yang bisa diambil untuk memperbaiki keadaan:

Harga dari sebuah kemarahan
Pertama, ingatlah mengamuk di depan anak bukan cara tepat menjadi orang tua. Hal itu bisa menyebabkan gangguan pada kejiwaan mereka, ujar ahli psikologi Matthew McKay, Ph.D, profesor dari Wright University di Berkeley, California, dan penulis “When Anger Hurt Your Kids”.

"Studi yang ada menunjukkan bahwa orangtua yang menunjukkan kemarahan di depan anaknya akan membuat anak tersebut menjadi kurang empatik, kata McKay.

Anak tersebut akan menjadi agresif dan mudah depresi dibandingkan anak yang berasal dari keluarga yang tenang, dan memiliki performa yang kurang baik di sekolah. Kemarahan dapat mengurangi kemampuan anak untuk beradaptasi dengan dunia, ujar McKay.

Semakin muda usia anak tersebut, maka semakin besar dampaknya. "Ketika anak masih kecil, Anda adalah dunianya," ujar psikolog Robert Puff, Ph.D, penulis “Anger Work: How to Express Your Anger and Still Be Kind”. "Ketika Anda marah, dunia mereka terguncang. Saat mereka tumbuh dewasa. mereka punya teman, dan orang lain dalam hidup mereka, dan hal itu akan mengurangi efeknya."

Satu lagi yang harus diperhatikan: Kemarahan tanpa kata-kata pada umumnya tidak akan membuat efek sebesar kemarahan biasa, ujar McKay.

Anak itu sebenarnya bisa belajar pelajaran penting dari melihat Anda marah sampai menenangkan diri. "Hal itu akan menunjukan pada anak bahwa kita semua bisa marah, tapi yang terpenting adalah memperbaiki keadaan sesudahnya," ujar McKay. Ini adalah langkah untuk melakukannya.

Ketika Anda meneriaki anak


Ketika Jennifer dari Huntington Beach, California, pergi ke Disneyland dengan tiga anaknya, dia tidak sadar "tempat paling bahagia di Bumi" akan menjadi salah satu lokasi momen paling buruknya sebagai orangtua. "Waktu itu hari sangat panas dan ramai" ujar Jennifer. "Dua anak saya menderita penyakit paru-paru dan bisa menggunakan kartu khusus untuk menghindari antrean. Tapi anak saya yang berusia 13 tahun menghilangkan kartunya. Tiba-tiba saya meneriakinya, setelah itu anak saya mulai menangis. Semua orang yang ada di sekitar melihat saya dengan jijik. Saya terus meminta maaf. Air mata saya juga mulai mengalir karena telah melukainya."

Studi University of New Hampshire menemukan, 90 persen orangtua mengakui pernah memarahi anaknya pada usia 2-12 tahun, dalam periode satu tahun (10 persen lagi pasti malaikat atau punya ingatan yang buruk).

Untuk menghindari meneriaki anak, kami berikan beberapa tips: Saat Anda marah bayangkan anak Anda sebagai bayi, ujar Dr. Sandra P Thomas, profesor dari University of Tennessee, Knoxville, dan penulis dari “Use Your Anger: A Woman's Guide to Empowerment”.

"Anak yang lebih tua dan remaja memang tidak selucu bayi, dan kadang mereka menyebalkan," ujarnya. "Ketika Anda marah, ingatlah mereka sebagai bayi, hal itu akan membantu Anda."

"Jika Anda bisa, istirahatlah sebentar, dan pergilah ke ruang sebelah meski hanya satu atau dua menit" ujar  Laura J. Petracek, Ph.D., penulis “The Anger Workbook for Women”.

Jika Anda terlanjur marah, hal yang paling penting adalah memperbaikinya. Jangan tergoda untuk menyalahkan anak Anda karena memicu amarah. "Katakan, aku sangat kecewa pada kecerobohanmu, tapi aku seharusnya tidak berteriak seperti itu, aku minta maaf." ujar Thomas. Berjanjilah Anda tidak akan melakukannya lagi, hibur anak Anda seperlunya.

Ketika Anda bertengkar dengan pasangan

Angie dari Seattle mengatakan hidupnya penuh tekanan sejak suaminya kehilangan pekerjaan dan mereka sering bertengkar di depan anak mereka yang berumur tiga tahun, Lexi.

"Semalam saya memarahi suami karena tidak membersihkan rumah," ujarnya. "Lexi datang dan menarik baju saya sambil berkata, 'Ayah jangan dimarahi', mata Lexi terlihat sangat ketakutan. Kami akhirnya berhenti bertengkar dan mencoba meyakinkannya, bahwa ayah dan ibunya masih saling mencintai, tapi saya tidak tahu apakah Lexi percaya."

Anak bisa sangat terpukul jika melihat orang tuanya bertengkar, ujar Charles Spielberger, Ph.D., psikolog yang mempunyai spesialisasi dalam studi kemarahan di University of South Florida. Sangat penting untuk segera memperbaiki keadaan.

Tidak usah menjelaskan keadaan dengan membacakan daftar cucian yang tidak dikerjakan pasangan Anda, hal itu hanya akan membuat anak stres. "Lebih baik katakan seperti ini: 'Saya sangat marah dengan ayahmu tadi, kami telah membicarakannya dan sedang memperbaikinya, orang tinggal bersama kadang bisa marah, maaf telah berteriak, kami masih saling menyayangi.'"

Jika bisa, katakan apa yang akan Anda lakukan lain kali, ujar Jerry Deffenbacher, Ph.D., profesor psikologi di Colorado State University, yang mempelajari masalah kemarahan. Hal itu akan membuat anak belajar dari pengalaman, contohnya: "Saya marah pada ayahmu karena menghanguskan roti, tapi saya minta maaf, harusnya saya tidak berteriak seperti itu. Lain kali kami akan menggunakan timer di dapur saat menyalakan oven."

Jangan berkomentar terlalu banyak. Menjelaskan terlalu banyak akan membuat anak Anda seperti terapis atau mediator. Jangan melibatkan anak terlalu jauh.

Ketika bertengkar dengan orang asing

Saat Fiona dari Detroit memasang sabuk pengaman untuk anaknya setelah kembali dari toko roti, seorang pengemudi yang lebih tua darinya berhenti di dekatnya dan membunyikan klakson. "Dia berteriak, tutup pintumu!" tanpa memberi peringatan kalau saya menutupi jalannya. Saya langsung berteriak "Apa tidak bisa lihat kalau saya sedang meletakkan bayi di kursi? Dasar $%*#@?!'”

“Anak kembar saya yang duduk di kursi belakang sangat terkejut, dan aku merasa sangat bersalah pada anak saya."

Insting Anda pasti ingin meminta maaf, tapi jangan. Semua orang bisa marah, Anda tidak boleh minta maaf karena kemarahan. (Hal ini penting jika Anda punya anak perempuan — anak perempuan pada usia muda memendam perasaannya).

Lebih baik terangkan apa yang membuat Anda marah. Ujar McKay: "Katakan, 'orang itu melukai perasaan saya dan saya sangat marah.'" Kemudian, mintalah maaf karena cara Anda meluapkan kemarahan. "Pastikan anak tahu makian — atau apa pun yang Anda lakukan itu salah" ujar Thomas.

Mengatasi amarah Anda
Untuk tetap bersabar, ikutilah beberapa aturan dasar berikut:

-Tanyakan pertanyaan yang tepat ketika anak membuat susah dan memicu kemarahan Anda, ikuti saran McKay: Daripada berpikir, mengapa dia melakukan ini pada saya? Fokus pada anak; mungkin ada alasannya. Apa dia lapar, bosan, lelah, atau ingin diperhatikan? Coba penuhi keinginannya dan jangan terbawa emosi.

-Catat kemarahan Anda saat Anda terbawa emosi. "Lihat polanya — jam saat Anda paling marah? Situasinya? ujar Deffenbacher. "Setelah Anda menemukan inti penyebab kemarahan Anda, minta pendapat mengatasinya." Anda bahkan bisa melibatkan anak Anda, katakan: "Saya sangat kesal jika kamu tidak mengerjakan tugasmu, bagaimana  supaya membuat situasi ini lebih baik? Dengan membiarkan anak memberi pendapat, Anda mendorong mereka menjadi bagian dari solusi.

-Kurangi pertengkaran rumah tangga, "Pada saat yang tenang, Anda dan pasangan harus setuju untuk mengatasi argumen secara berbeda, ujar Deffenbacher. "Jangan bertengkar di depan anak. Buat kode ketika Anda sangat marah, dan biarkan sinyal itu menjadi tanda kalau Anda ingin membahasnya nanti secara pribadi ketika suasana sudah tenang."

-Katakan emosi Anda dengan jelas, ketika anak atau orang asing membuat Anda marah, katakan "Wow, orang itu memotong jalanku — tidak sopan! Mungkin dia ada keadaan darurat atau tidak melihatku. Apa pun itu dia tidak akan merusak hariku.” ujar Deffenbacher. Dengan melakukan itu, Anda memberi contoh bagaimana mengatasi rasa frustasi sehari-hari. Dan bagaimana mengontrol emosi, sebelum Anda dikontrol emosi.

Kebiasaan Makan yang Salah dan Solusinya

Tanpa disadari sering kita tidak memperhatikan kebiasaan makan sehari-hari, misalnya karena sibuk di kantor, Anda ingin sedikit memanjakan diri dengan makan makanan berlemak. Atau karena tiba di rumah sudah agak larut, Anda makan malam sambil lesehan menonton televisi.

Kebiasaan seperti ini ternyata sangat tidak bersahabat untuk lingkar pinggang alias berpotensi bikin tubuh Anda menjadi melar. Karena tidak menyadari kesalahan tersebut, Anda juga jadi lebih sulit untuk mengenyahkan timbunan lemak yang berlebihan.

"Kebiasaan yang paling berbahaya adalah ketika kita tidak merasa bahwa itu sesuatu yang penting," ungkap pakar diet Dawn Jackson Blatner, yang juga penulis buku The Flexitarian Diet.

"Ketika orang menambah berat badan, mereka sering tidak mengira bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang sangat penting, dan itu bisa saja benar. Anda tidak perlu melakukan sesuatu yang besar untuk menambah berat badan 5 kg dalam setahun."

Tapi jangan khawatir, jika Anda terbiasa dengan apa yang Anda lakukan, kebiasaan buruk tersebut masih bisa diperbaiki. Coba lihat apakah Anda kerap melakukan hal-hal di bawah ini, dan bagaimana memperbaikinya.

Makan saat tidak fokus
Hal ini mungkin tidak sebahaya ketika Anda mengemudi sambil SMS-an atau sambil memelototi giant screen yang ada di pinggir jalan. Namun makan sambil membaca majalah, atau sambil browsing internet, akan menyebabkan Anda tidak mengontrol apa yang masuk ke mulut Anda. Ketika perhatian Anda sedang teralihkan, Anda cenderung makan lebih banyak daripada yang Anda perlukan. Hal itu tidak Anda disadari sampai Anda menghabiskannya, karena multi-tasking membuat Anda sulit mendeteksi rasa kenyang.

Menurut berbagai penelitian, makan sambil melakukan kegiatan lain bisa menyebabkan kurangnya rasa puas dengan makanan yang dikonsumsi. Akibatnya, Anda terdorong untuk makan lebih banyak.
Solusinya sederhana saja: fokuslah dengan makanan Anda ketika sedang makan, dan sebaiknya lakukan di atas meja makan.

Makan sambil berdiri
Kondisinya hampir sama dengan yang terjadi ketika Anda makan sambil nonton televisi atau sambil membaca buku. Misalnya, makan sambil bersandar di pantry, atau sambil berjalan ke suatu tempat karena ingin menghemat waktu.

Menurut Judith S. Beck, penulis buku The Beck Diet: How to Think Like a Thin Person, sebaiknya Anda tidak memasukkan apapun ke mulut saat Anda berdiri atau berjalan. Sebab, orang cenderung makan lebih banyak dan lebih cepat ketika sedang berdiri atau berjalan, ketimbang saat duduk. Bayangkan ketika ada kiriman cookies atau donat di kantor, lalu teman-teman Anda menyerbu ke meja tempat makan tersebut disajikan. Asyik bukan, ngobrol sambil terus-menerus mencomot cookies? Akibatnya Anda tak menyadari berapa banyak kalori yang sudah masuk ke tubuh Anda.

Jalan-jalan tanpa rencana
Ketika Anda mendadak ingin menghabiskan akhir pekan di Puncak, lalu Anda berangkat dalam keadaan perut keroncongan, besar kemungkinan Anda akan berhenti di rest area atau di restoran fast food yang Anda temukan di sepanjang jalan. "Akhirnya Anda makan sesuatu yang akan Anda sesali belakangan," ujar Karen Ansel, pakar diet dan juru bicara American Dietetic Association.

Jika perut memang sedang lapar, lebih baik bawa beberapa cemilan sehat yang bisa dimakan di perjalanan, seperti buah-buahan. Atau, rencanakan sejak awal dimana atau bagaimana Anda akan mengisi perut. Paling baik sih, membawa bekal makanan sendiri dari rumah.

Tidak merencanakan menu makanan sebelumnya
Kita cenderung memutuskan apa yang ingin dimakan saat kita sudah berada di depan food court atau deretan warung. "Menjelang makan siang, tiba-tiba Anda sudah berdiri di depan sajian makanan atau lemari es, lalu mencoba memutuskan apa yang akan dimakan dan berapa banyak yang akan
dimakan," papar Scott Kahan, direktur George Washington University Weight Management Program di Washington, D.C. Bila tidak merencanakannya, Anda cenderung akan memilih makanan yang terlihat paling menggiurkan.

Bandingkan jika Anda merencanakannya sebelumnya. "Aku mau sayuran ah, siang ini. Kemarin sudah makan yang daging-dagingan!" begitu kata Anda saat sedang bersiap turun dari kantor. Menurut Kahan, kebiasaan merencanakan menu makanan akan membuat Anda lebih mudah makan lebih sehat.

Makan Terlalu Cepat Ternyata Bikin Anda Gemuk

Percayakah anda jika makan terlalu cepat menyebabkan kegemukan? Temuan penelitian di Selandia Baru mengatakan demikian. Dalam studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of American Dietetic Association, para peneliti menemukan bahwa wanita berusia 40-50 yang makan cepat lebih cenderung menjadi gemuk daripada yang makan lambat.

Bahkan, menurut penelitian di Jepang sebelumnya, makan cepat bisa menyebabkan dua kali lipat resiko kelebihan berat badan. Universitas Osaka memantau kebiasaan makan dari 3.000 orang. Mereka menemukan kesimpulan 84 persen laki-laki yang makan cepat, lebih mungkin untuk mengalami kegemukan.

"Makan terlalu cepat membuat otak kita tidak menyadari bahwa perut sudah penuh,"kata  profesor fisiologi metabolik di Universitas Nottingham, Ian McDonald.

Pada saat yang sama, hormon ghrelin yang memberi sinyal ketika perut merasa lapar menurun. "Diperlukan waktu selama 20 menit setelah anda mulai makan, sampai pesan untuk berhenti sampai ke otak. Sederhananya, makan terlalu cepat, dan Anda cenderung memenuhi perut dengan makanan berlebih,” kata McDonald.

Konsultan pencernaan di Klinik London dan Rumah Sakit St Mark di London, David Forecas mengatakan makan terlalu cepat juga meneyebabkan perut kembung. “Banyak udara yang tertelan sehingga perut menjadi tidak nyaman,”kata dia. Menurutnya, orang rata-rata membutuhkan waktu minimal 20 menit untuk makan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More