lazada.com

Kamis, 22 September 2011

Penyakit Seribu Wajah Sulit Dideteksi

LUPUS merupakan penyakit yang sulit dideteksi gejalanya, bahkan oleh tenaga medis. Karenanya, 100 dokter dari berbagai daerah di Jawa Barat mengikuti pelatihan diagnosa penyakit lupus.


Saat ini, terdapat lebih dari 5 juta orang dengan lupus (odapus) di seluruh dunia. Tiap tahunnya, muncul 100.000 kasus baru penderita lupus. Angka yang tidak sedikit ini bisa jadi muncul lantaran gejala lupus kerap tidak terdeteksi, misalnya pada sendi dan tulang seperti laiknya penyakit rematik. Tak mengherankan bila lupus disebut penyakit seribu wajah.

"Lupus menyerang berbagai sistem dan organ tubuh, bahkan sering mengancam jiwa. Lupus sendiri bukanlah penyakit menular. Ia merupakan penyakit menahun sebagai akibat dari produksi antibodi yang berlebih dalam tubuh. Produksi antibodi berlebih itu menjadi tidak berfungsi melawan virus, bakteri, atau kuman dalam tubuh. Akibatnya, antibodi tersebut menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri," beber dr Rachmat Gunadi, internis RS Hasan Sadikin di sela-sela acara "Pelatihan Lupus bagi Dokter Puskesmas se-Jawa Barat" di Bandung, belum lama ini.

Penyakit lupus sering kali meninggalkan ruam merah simetris pada wajah yang bentuknya seperti kupu-kupu. "Beberapa gejala penyakit lupus antara lain nyeri pada sendi dan tulang, demam berkepanjangan atau panas tinggi bukan karena infeksi, bengkak pada sendi, ruam pada kulit, anemia alias kurang darah, sakit di dada, hingga bercak merah pada wajah yang berbentuk seperti kupu-kupu," lanjutnya.

Kalaupun terdeteksi, penyakit lupus memiliki berbagai gejala yang mirip penyakit lain sehingga menyulitkan untuk mendiagnosanya, termasuk oleh para dokter. Sebagai contoh, ada odapus yang dinyatakan dan diobati sebagai alergi kulit selama lebih dari dua tahun dan baru didiagnosa lupus setelah dia mengalami penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Menurutnya, sangat penting untuk mendeteksi penyakit lupus sejak dini agar penanganannya bisa lebih mudah. Ia menilai, masih banyak penderita lupus yang tidak terdiagnosa akibat kurangnya perhatian dan pengetahuan masyarakat.

Inilah yang mendasari diadakannya "Pelatihan Lupus bagi Dokter Puskesmas se-Jawa Barat" oleh Syamsi Dhuha Foundation (SDF), organisasi yang bergerak di bidang penyakit lupus, bekerja sama dengan sebuah perusahaan obat, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat. Ketua Syamsi Dhuha Foundation, Dian Syarief mengatakan bahwa pelatihan yang diikuti para dokter puskesmas diharapkan bisa mendeteksi lupus secara dini.

"Kami harap pelatihan ini bisa meningkatkan kepedulian dan kejelian dalam diagnosa dini lupus," ujarnya pada kesempatan yang sama.

Menurutnya, para dokter di puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan medis bagi masyarakat, khususnya di daerah. "Setelah pelatihan, diharapkan dokter umum, khususnya dokter puskesmas dapat segera merujuk pasien yang dicurigai lupus sehingga akan lebih banyak odapus dapat diselamatkan jiwanya," ungkapnya.

Kepala Dinkes Jabar, Alma Lucyati menyatakan, pihaknya mendukung usaha untuk mengupayakan edukasi dan sosialisasi lupus bagi tenaga medis maupun masyarakat awam. Apalagi, seperti dikatakan dr Rahmat, di Jabar sendiri ada sekira 4.200 odapus di mana 90 persennya adalah wanita aktif pada usia produktif.

"Lewat pelatihan ini para dokter diingatkan untuk mengenali gejala-gejala lupus dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi odapus," tutup Alma.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More